Breaking News

RECENT POSTS

Minggu, 28 Agustus 2011

15 Kalimat Yang Dibenci Pria

Selasa, 26 Juli 2011 07:00

(c) 123RF
Sekalipun pria adalah makhluk yang sportif dan bertoleransi besar, namun mereka tak suka mendengarkan 15 kalimat ini... KapanLagi.com -

Oleh: Agatha Yunita

1. Kamu cute banget....

Ok, beberapa pria mungkin tak keberatan disebut cute. Namun, sebagian besar lainnya ogah dipuji cute karena kesannya ia cantik dan seperti wanita. Pria lebih suka dibilang cool, karena terdengar keren dan maskulin.

2. Perut kamu gede yah...

Tak hanya wanita saja, pria juga bisa merasa tersinggung bila Anda terlalu blak-blakan seperti itu. Bila memang Anda teman dekatnya, Anda bisa mengajaknya ke gym dengan alasan ingin ditemani atau agar dia terlihat lebih keren.

3. Boleh nggak aku jujur?

Berbeda dengan wanita yang lebih banyak berbunga-bunga saat mendengarkan kalimat tersebut, pria cenderung deg-degan dan berpikiran negatif saat kalimat itu dikatakan. Pada umumnya, memang kelanjutan dari kalimat ini adalah penolakan bagi pria, sehingga radar mereka langsung menangkap aura negatif saat ada yang mengucapkannya.

4. Kalau itu sih adikku juga bisa...

Pria tak suka diremehkan, ingatlah hal itu. Bila Anda ingin memenangkan hatinya, berikan ia pujian, sekecil apapun tindakan yang dilakukan. Asal Anda juga tak boleh lebay, karena seharusnya pujian itu datangnya tulus dari Anda.

5. Jorok banget sih mobil kamu!

Walaupun di dalam mobilnya berantakan seperti kapal yang baru tertabrak karang, jangan sekali-kali mengoreksi kondisi mobilnya. Sebenarnya ia sadar kok, dan dengan Anda diam sambil melirik barang-barangnya saja keesokan harinya ia akan membereskannya.

6. Aduh, Louis Vuitton lagi discount lho!

Kalimat ini lebih cocok Anda ucapkan saat berkumpul dengan sahabat. Respon mereka tentu saja akan lebih menyenangkan dan Anda pun puas membahasnya. Sedangkan bila Anda membahasnya dengan pria, akan terdengar crispy dan akhirnya terdiam satu sama lain.

7. Kamu itu nggak berguna!

Hei, tunggu dulu ladies! Kalimat ini sangat kasar dan tak pantas diucapkan oleh wanita secantik Anda. Sekalipun Anda kesal terhadapnya, jangan biarkan kalimat ini meluncur dari bibir merah Anda.

8. Si ini habis bertengkar dengan pacarnya, dan bla bla bla

Apabila ia mendengarkan cerita Anda, itu hanyalah sebuah aksi toleransi dan ingin agar Anda merasa diperhatikan. Bukan karena ia suka mendengarkan cerita dan gosip Anda.

9. Mantanku dulu...

Tak ada sosok pria yang suka mendengarkan cerita tentang mantan. Mereka mungkin penasaran dan sesekali mendesak Anda bercerita. Tetapi percayalah bahwa sebenarnya mereka hanya tak mau kalah dari mantan Anda.

10. Wah, si anu kemarin dihadiahi cincin oleh kekasihnya

Dan bila mendengar kalimat itu, ia serasa ingin menghilang dari depan Anda dan menyendiri. Mungkin Anda tak bermaksud menyinggung dirinya, namun bagi beberapa pria ini adalah sebuah kode penting.

11. Kayaknya aku perlu ngomong deh...

Kalimat ini bagaikan kibaran bendera perang bagi pria. Dan seketika itu ia langsung mengendus kabar tak baik dari Anda. Ia pun bersiap dalam posisi defend, dan akan berusaha keluar dari setiap pertanyaan Anda. Bila Anda ingin membahas sesuatu, ajak dia dalam kondisi santai, dan jangan katakan Anda ingin membahas hal penting.

12. Kalau menurut kamu dia cantik nggak?

Bayangkan betapa sulitnya posisi seorang pria saat itu. Ingin menjawab cantik, Anda akan marah. Menjawab Anda lebih cantik, Anda akan curiga. Pertanyaan seperti ini, apapun jawabannya akan memicu pertengkaran tidak penting. Cantik atau tidak orang lain di mata si dia, yang penting Andalah yang mengisi hatinya.

13. Mungkin seharusnya kita nggak bertemu

Dan, runtuhlah dinding kokoh di hati pria saat itu juga. Kalimat ini tak hanya membuat ia sedih, tetapi juga memukul ego di dalam dirinya.

14. Memangnya kamu bisa?

Sekali lagi dear, kami mengingatkan agar Anda tidak meremehkan seorang pria manapun. Pria akan berusaha melakukan apapun demi orang yang dicintainya, setidaknya hargailah usahanya.

And least but not last,

15. Si itu hebat lho, beib...

Sehebat apapun teman pria Anda, jangan tunjukkan bahwa Anda mengaguminya. Bagi pria, kaum adam lainnya adalah saingan yang perlu diwaspadai dan tak boleh sampai masuk ke teritorinya. Memang sih, beberapa di antaranya merasa fine-fine saja bila Anda sekedar bercerita. Namun tak dipungkiri rasa ingin bersaing dan lebih unggul selalu muncul di balik itu.
Read more ...

Jumat, 26 Agustus 2011

Mengatasi Istri Pemarah

Dalam hidup berumah tangga tentunya Anda mengharapkan kehidupan rumah tangga yang tenang, tentram dan bahagia. Namun adakalanya kebahagiaan dan ketenangan itu sedikit terusik karena penyebab dari dalam maupun dari luar. Salah satu penyebab yang membuat Anda merasa tidak nyaman adalah peringai istri Anda yang kurang baik, misalnya istri Anda adalah tipe istri penuntut atau istri pemarah.



Namun mau bagaimana lagi? Itulah istri Anda, pasangan hidup Anda. Mau tidak mau Anda harus menerimanya dan bersabar atasnya karena karakter seperti itu sulit untuk dirubah. Daripada Anda bingung bagaimana mengatasi istri pemarah, sebaiknya Anda melakukan tips-tips berikut ini:

  1. Ingatlah bahwa wanita itu diciptakan berbeda dengan laki-laki. Wanita lebih banyak menggunakan perasaannya daripada akalnya. Wanita juga memiliki kemampuan untuk lebih banyak berbicara daripada laki-laki. Bukankah Anda sering mendapati istri Anda mudah menangis, mudah panik dan menjadi istri pemarah? Itu karena dia mendahulukan perasaan daripada akalnya, maka maklumilah jika dia berbuat seperti itu.
  2. Bersabarlah menghadapi kecerewetannya baik pada istri pemarah ataupun istri penuntut. Tidak ada salahnya jika Anda mengalah untuk sementara saat istri Anda marah. Dibutuhkan kedewasaan dan sikap yang bijaksana dari Anda, jika waktunya tepat maka berilah nasihat padanya.
  3. Saat istri marah ajaklah dia bercanda yang bisa membuatnya tertawa. Misalnya dengan mengatakan “Jangan marah dong, nanti cepat tua lho!”, atau “ Eh, kalau gak jaga emosi nanti hipertensi lho”. Atau pujilah dia yang membuatnya senang, seperti “Kamu cantik kalau gak marah-marah!”, dan sebagainya.
  4. Sesekali berilah dia hadiah, termasuk saat istri Anda marah. Mungkin yang paling sederhana ciuman mesra di pipi, dengan demikian diharapkan amarahnya akan segera hilang.
  5. Bila tips di atas belum berhasil, maka keluarlah sebentar sekedar mencari udara segar lalu pulang dengan membawa oleh-oleh.
  6. Jika istri Anda suka menuntut, maka jangan menuruti keinginannya kecuali yang bermanfaat dan Anda mampu memenuhinya. Sesekali bersikap tegaslah pada istri dan berilah pengertian padanya bahwa Anda hanya akan memenuhi keinginannya yang baik saja.
Wanita bagaikan tulang rusuk yang bengkok, jika Anda paksa untuk lurus maka Anda akan mematahkannya namun jika Anda biarkan maka dia akan tetap bengkok. Maka bersikap baik dan lemah lembutlah pada istri Anda dalam mengatasi istri cerewet dan pemarah, jangan kasar atau terburu-buru karena wanita mudah pecah hatinya bagai gelas-gelas kaca.
Read more ...

Neelain Muhammad: Mengajarkan Tauhid di Gereja


Neelain Muhammad: Mengajarkan Tauhid di Gereja

GEORGIA - Suatu hari, dalam sebuah kereta bawah tanah, seorang anak berusia 14 tahun bernama Neelain Muhammad bertemu pria kulit hitam. “Ucapkan syahadatmu, ucapkan syahadatmu!“ ujar pria yang berasal dari Nation of Islam itu, sedikit memaksa. Neelain pun langsung menghindar dan menjauhi pria itu.

Sejak itulah, Neelain mulai mengenal Islam. Pada waktu itu, kata dia, kelompok Muslim kulit hitam di Amerika yang tergabung dalam Nation of Islam amat gencar memperkenalkan Islam. “Mereka ada di mana-mana seperti semut," ujarnya dalam sebuah acara televisi bertajuk The Deen Show.

Dari pengalamannya bertemu pria kulit hitam yang memintanya mengucap syahadat, dia juga mulai tahu bahwa memakan daging babi dilarang oleh ajaran Islam. Uniknya, sejak mengetahui informasi itu, Neelain tak mau lagi mengonsumsi daging babi.

Neelain akhirnya bergabung dengan Nation of Islam. Ia bahkan sempat menjadi letnan di organisasi tersebut. Ia bertugas menyebarkan ajaran kelompoknya kepada orang-orang negro yang ditemuinya. Di organisasi itu pula, ia mempelajari Islam.

Neelain mengaku bahwa Yesus bukanlah Tuhan seperti yang selama ini diajarkan keluarganya. Bagi dia, Yesus adalah seorang Nabi yang diutus Allah untuk menyampaikan kebenaran kepada umatnya. Yesus tidak pernah diminta untuk disembah sebagai Tuhan dan Yesus tidak pernah datang untuk membersihkan dosa manusia.

“Karena setiap manusia bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Baik atau buruk yang mereka lakukan bergantung pada perilaku mereka sendiri,“ kata salah seorang pengawal pribadi Muhammad Ali ini.

Di kemudian hari, menyadari kiprah Nation of Islam tak lagi sesuai dengan syariat, Neelain memutuskan untuk mundur.
  
  
***
  
  
Setelah menjadi Muslim dan berkeluarga, Neelain Muhammad berkunjung ke rumah orang tuanya di Georgia, Amerika Serikat. Istri dan anak perempuannya juga ikut berlibur. Putri Neelain yang bernama Jasmin akrab bermain bersama sepupunya.

Ketika bermain, mereka berargumen tentang Tuhan. “Yesus adalah Tuhan,“ ujar salah seorang sepupu Jasmin.

“Bukan, dia bukan Tuhan. Allah adalah Tuhan, satu-satunya Tuhan,“ sanggah Jasmin.

Mereka memperdebatkan hal itu dengan saling beradu argumen. Bahkan, sampai di meja makan, mereka bertanya, “Siapakah Tuhan yang sebenarnya, Ayah? Yesus atau Allah?
Aku mengatakan kepada mereka (sepupu-sepupu), Allah adalah Tuhan,“ ungkap Jasmin.

Mendengar hal tersebut, istri Neelain menyikut suaminya agar tidak merusak suasana di meja makan. Maklum saja, sebagian besar keluarga Neelain adalah penganut Katolik yang taat.
Untuk memuaskan hati anaknya, Neelain hanya berkata singkat, “Ya, Allahlah Tuhan.“

Ayah Neelain yang juga berada di ruang makan itu merasa kecewa. Ia merasa Neelain telah mengajarkan sesuatu yang salah dan menyimpang dari ajaran Kristen kepada cucunya, meskipun ia tahu Neelain telah memeluk Islam.

Keesokan harinya, ayah Neelain mengajar kelas minggu di gereja. Neelain ingin sekali datang ke gereja dan mengikuti kelas tersebut. Namun, kedua orang tuanya tidak mengundangnya ke sana karena ia memakai gamis dan peci. Ibu Neelain menyuruhnya agar ganti pakaian terlebih dahulu bila ingin datang ke gereja, namun Neelain menolak.

Akhirnya, kedua orang tua Neelain meninggalkannya dan ia berangkat sendirian. Gereja tempat ayahnya bekerja terletak tidak jauh dari rumah orang tua Neelain. Ia pergi ke sana sendirian. Ketika ia membuka pintu gereja, seluruh mata di dalamnya memandang kedatangan Neelain. Terlebih lagi, pada pakaian yang dikenakannya.

“Bagi mereka, pakaian tersebut terlihat lucu,“ ujar Neelain.

Seorang wanita yang juga mengajar kelas minggu mengajaknya masuk dan ikut dalam satu kelompok besar. Ayahnya mengajar di kelompok lain. Ketika itu, mereka mendiskusikan tentang Nabi Musa.

Seorang pria meminta dia untuk mendekatinya. Pria itu berusia sekitar 60-70 tahun. Pria itu sangat terkesan dengan jawaban dan penjelasan Neelain tentang Nabi Musa.

“Dari mana Anda mempelajari semua itu?“ tanya pria tua itu.

“Saya mempelajarinya dari Alquran,“ jawab Neelain.

Lalu, pria itu mengajaknya menjadi pembicara di gereja pada hari itu. Setelah menjadi pembicara, ia pulang ke rumah. Kedua orang tuanya telah terlebih dahulu pulang. Ia tidak menyangka sambutan yang diberikan keluarganya akan begitu meriah.
Mereka bertepuk tangan dan memberikan selamat kepada Neelain. Sang ibu memeluknya dan ayahnya mengaku bangga.

Sejak saat itu, ia berusaha mengajarkan tauhid kepada ayahnya. Perlahan-lahan, ayahnya pun mulai menerima konsep satu Tuhan sebelum ajal menjemput. Namun, ketika Neeilan memberi tahu tentang Nabi Muhammad sebagai utusan Allah, sang ayah menolak hal tersebut.

Setelah ayahnya meninggal, ia berusaha mengajarkan hal itu kepada ibunya. “Saya berusaha sekeras mungkin untuk mengajarkan konsep ini kepada ibu saya. Semoga ia dapat memahaminya."
Read more ...

Mencintainya Tanpa Syarat


 

  Cintai aku dengan tulus
Disaat aku membuatmu senang dan susah
Aku akan tahu bahwa aku dicintai
Dan membawa lebih banyak cinta kepada Dunia
ALKISAH, ada seorang guru sekolah dasar, telah melewati fase sulit dalam kelas hiperaktif-nya. Biasanya, sang guru mengeraskan intonasinya dengan nada tinggi untuk menegur murid-muridnya. Namun pada hari itu, ia pandangi dalam-dalam wajah muridnya satu-persatu dengan tatapan penuh harapan dan cinta. Terbersit dalam dirinya bahwa keberadaanya di kelas adalah semata-mata karena ia mencintai murid-muridnya.

Dipandanginya sekeliling ruangan dalam kelas beserta anak-anak yang tidak bisa diam tersebut. Sepontan sang guru mengucapkan  sambil memandang anak-anak, "karena bu guru mencintai kalian semua mari satu pelajaran kita pakai untuk bermain bebas dengan tema "cinta."  (sambil merentangkan tangannya).

Di luar dugaan hampir seluruh siswa merangkulnya dan bersuka ria sesama temannya  tanpa ada perasaan tertekan sedikitpun. "Terima kasih Bu, telah memberikan cinta kepada  kami." Ada rasa diguyur air dari langit, terasa ces di dada atas karunia yang tak ternilai, semenjak itu sang guru akan mendekati siswanya dengan cinta. Kedengarannya sepele, namun sesuatu yang sangat luar biasa!

Suasana seperti ini tidak menutup kemungkinan juga terjadi di rumah kita, di saat anak-anak kita sedang bertengkar atau berduel dengan saudaranya. Rasanya, membuat rumah berantakan seperti kapal pecah.

Wajah kita di rumah bisa dilihat manakala anak-anak kita merusakkan barang berharga milik kita. Apa kira-kira reaksi yang akan kita perbuat?. Apalagi jika  kita dalam keadaan capek karena pulang dari kerja atau yang lain. Apa yang akan kita hadapi? marah dan kepala panas disertai dengan teriakan dan bentakan? Atau berteriak sambil membawa kayu?

Sejujurnya banyak orangtua yang tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika menghadapi suasana seperti itu. Saat itu, yang penting bagi para orangtua, mereka merasa puas dengan menumpahkan seluruh kemarahannya tanpa memikirkan perasaan "sang buah hati".

Sayangnya, yang tidak banyak diketahui para orangtua, setiap kemarahan mereka (orangtua), baik dengan cara suara kasar, bentakan, pukulan atau reaksi-reaksi negative lain di depan anak-anak mereka sangat beresiko terhadap perkembangan psikologis mereka di masa depan yang tak akan terlupakan sepanjang hidup baginya. Bukan saat itu.

Sudah saatnya, kecintaan orangtua, harus dapat dikedepankan dengan kelembutan hati, tidak sekedar pemenuhan fasilitas dan kebutuhan. Kekerasan dan kekasaran bukan suatu cara yang dianjurkan oleh Islam.

Rasulullah   Muhammad pernah diingatkan oleh Allah untuk menghindarkan kekerasan dan kekasaran.
Dalam QS Al-Imran 159, Allah berfirman:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظّاً غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
"Maka disebabkan rahmat Allahlah kamu bersikap lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau berlaku keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada-Nya."
Mudah-mudahan ayat di atas bisa menjadi pengingat kita, para orangtua.*
Read more ...

Adikku Menghapus Air Matanya







ADIKKU menghapus air matanya. Ritual ini berjalan setiap dia akan berangkat ke kantor. Si kecil akan meronta-ronta menolak untuk berpisah dengan ibunya tersayang. Sementara sang ibu harus berkejaran dengan waktu untuk menunaikan tugasnya di kantor.

Pemandangan berikutnya bisa ditebak, sang ibu--adikku--dengan penuh rasa bersalah harus meninggalkan buah hatinya di tangan seseorang yang notabene tidak dikenalnya. Seorang khadimat (pembantu) yang berasal dari yayasan antah berantah, dan hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tahu pikiran seperti apa yang berkecamuk dalam kepalanya saat mengasuh anak itu.

Adikku berkeluh kesah, panjang pendek, “Aku tak rela, tak dapat menyaksikan sendiri anakku memulai langkah pertamanya, mengucapkan kata pertamanya, bahkan aku tak rela bila dia harus menggantungkan diri pada orang lain selain pada aku sendiri, ibu kandungnya.”

Sementara berhenti bekerja pada saat ini kelihatannya belum bisa dimasukkan dalam daftar alternatif.

Adikku kembali mengusap air matanya, membayangkan buah hati yang sedang lucu-lucunya itu.

Tentu saja bukan hanya adikku, tapi semua ibu bekerja lain menghadapinya. Pilihan yang sangat berat.

Di satu pihak, ilmu telah dituntut bahkan sampai ke pelosok bumi, menunggu untuk diamalkan dan dirasakan manfaatnya oleh sekitar. Di lain pihak kualitas generasi penerus yang akan menentukan ke mana arah bangsa Indonesia kelak berada dalam genggaman ibu.

Bila ibu memilih berkarir, ibu akan memperoleh sarana untuk aktualisasi diri dan mengamalkan ilmunya, tapi akan kehilangan saat-saat berharga untuk membina sendiri anak-anaknya. Namun bila ibu memilih di rumah, kadang menuai kekecewaan karena tidak menemukan sarana untuk menuangkan aktualisasi diri, tersibak dalam bentuk ketidakpuasan yang tentunya akan berimbas juga pada sang anak. Serba salah!

Memang, tak mudah untuk menjadi seorang ibu. Sungguh tidak mudah. Tapi sungguh menarik untuk mengamati apa yang terjadi di sekeliling kita. Sebagian dari kita, kaum ibu, mengorbankan karir untuk tinggal di rumah.

Untuk mengisi kekosongan jiwa karena kehilangan sarana aktualisasi diri, sang ibu menyibukkan diri dengan ikut arisan, jalan-jalan di mal, atau menyaksikan acara-acara telenovela serta acara idola lainnya yang bertebaran dalam program televisi. Kadang kuantitas waktu bersama antara anak dan ibu bisa sangat panjang. Namun waktu tersebut dilalui tanpa kualitas yang berarti. Dan, anak mempunyai pembantunya sendiri yang mesti tunduk pada perintah si raja atau ratu kecil.

Sungguh sedih menyaksikan seorang anak yang hidupnya selalu tergantung pada bala bantuan, tak dibiasakan untuk bertanggung jawab membereskan situasi porak poranda yang telah ditimbulkannya sendiri. Kita bayangkan setelah besar nanti, dia akan mengharapkan orang lain bertanggung jawab terhadap masalah yang ditimbulkannya sendiri.

Sebagian ibu lain larut dalam karir dan pekerjaan. Seakan waktu tak pernah cukup. Bahkan ada yang rela meninggalkan anaknya berbulan-bulan atas nama karir dan pengembangan diri. Sebagian anak mereka menjadi sangat dekat pada figur pembantu, bahkan melebihi kedekatan pada ibu kandung mereka sendiri.

Sebagai seorang ibu, tiap hari kita dihadapkan pada pergulatan pilihan. Apa yang dilakukan sekarang, tanpa sadar, akan turut mencetak pola perilaku si anak di masa mendatang.

Sungguh pilihan yang tak mudah. Apalagi bila pilihan itu harus diambil oleh seorang ibu yang hidup dan bekerja di Indonesia.

Aku pernah mendengar sendiri komentar miring seorang bapak mengenai rekan kerjanya yang suatu kali terpaksa membawa anak lengkap dengan pengasuhnya ke tempat kerja. Si ibu dicap sebagai ibu yang tidak profesional, meskipun aku amati, pada saat jam kerja, si ibu tak pernah meninggalkan pekerjaannya, dan hanya menemui anaknya ketika jam istirahat tiba.

Begitulah, kita masih belum lagi menghargai hak memberi pengasuhan dari seorang ibu yang bekerja.

Aku teringat bertahun-tahun yang lalu, saat menjadi seorang ibu muda dengan dua orang anak di Negara Paman Sam (Amerika Serikat). Aku amat beruntung mendapat kesempatan bekerja paro waktu di Mohran Stahl and Boyer, sebuah perusahaan yang memberikan pelatihan untuk para eksekutif.

Aku berperan sebagai resource person (narasumber) untuk pelatihan yang mempersiapkan kalangan eksekutif yang akan diterjunkan untuk bermitra dengan para pebisnis dari Asia Tenggara. Mereka ingin tahu langsung latar belakang budaya semacam apa yang akan mereka hadapi, termasuk tata cara, adat istiadat, dan kebiasaan rekan kerja mereka nantinya. Kadang pelatihan ini dilangsungkan di daerah peristirahatan. Sehingga otomatis para resource person harus meninggalkan rumah selama beberapa hari.

Ketika pertama kali diminta untuk bertugas di luar kota, dengan serta merta aku menolak dengan alasan tak bisa meninggalkan kedua anak balitaku. Manajerku, seorang wanita baya yang baik hati, tertawa ramah dan berkata, “Jangan bercanda. Tentu saja kami tidak ingin memisahkanmu dari kedua anak balitamu. Company (perusahaan) akan membayar seluruh biaya untuk kedua anakmu plus baby sitter-nya, lengkap beserta fasilitas yang mereka perlukan seperti transportasi dan penginapan. Kami tentunya tidak ingin dicap sebagai perusahaan yang tidak menghargai hak memberi pengasuhan dari seorang ibu.”

Sambil berkedip, manajerku itu menambahkan, “Klien kami yang menghendaki pelatihan ini pastinya juga tak mau dituntut sebagai perusahaan yang mengabaikan hak seorang ibu, bila dia menolak membiayai semua kebutuhan pasukan balitamu. So, no problem,” katanya seraya tersenyum dan merangkulku dengan ramah.

Saat itu aku ternganga, tak percaya akan keberuntungan ini. Kami seperti mendapat liburan gratis, bahkan bersama dua balitaku dan seorang baby sitter yang, Alhamdulillah, adalah teman karibku sendiri.

Kami ditempatkan di sebuah ruangan khusus dengan tiga kamar dan fasilitas lengkap, di sebuah hotel mewah di Pegunungan Aspen, Colorado. Suatu liburan yang tak mungkin terjadi bila harus membayar dari kocek sendiri.

Selama jam pelatihan, aku berada di ruangan training. Tetapi saat istirahat, rehat kopi, dan makan siang, aku bermain riang dengan kedua anakku yang kelihatannya amat menikmati liburan mereka.

Betapa beruntungnya para ibu di negara maju yang benar-benar telah menghargai hak seorang ibu untuk memberikan pengasuhan pada anaknya. Di sana banyak disediakan fasilitas untuk memudahkan para ibu untuk bekerja tanpa harus mengorbankan buah hatinya.

Acuannya adalah target pekerjaan tercapai. Karena yang dipentingkan adalah kualitas pekerjaan dan bukannya kuantitas waktu yang dihabiskan di kantor. Maka, dengan memanfaatkan fasilitas teknologi telekomunikasi, target kerja ini sebagian dapat mereka lakukan dengan bekerja dalam kenyamanan rumah sendiri. Dengan begini, si ibu tetap dapat menyumbangkan intelektualitasnya tanpa harus mengorbankan hak pengasuhan untuk anak-anaknya.

Aku berangan-angan. Ah, andai para pembuat kebijaksanaan di negeri ini ingat betapa mulia dan pentingnya posisi seorang ibu. Dan, betapa masa depan negeri ini bergantung pada peran ibu dalam mengasuh anaknya. Niscaya hak seorang ibu untuk memberikan pengasuhan pada anaknya akan diperjuangkan dengan sangat serius.

Jika ini terjadi, niscaya kelak akan banyak bermunculan bunda-bunda profesional, baik dalam hal mengasuh anak maupun di dunia pekerjaan, tanpa harus mengorbankan salah satu di antara keduanya. Tentu segala dilema yang dialami para bunda tak perlu lagi terjadi.*
Read more ...

Sabtu, 20 Agustus 2011

Prof James Frankel:Mempelajari Pergerakan Matahari untuk Menentukan Imsak dan Magrib

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Setelah ucapan teman yang membuatnya sangat shock, James Frankel mengontak sahabatnya itu dan memintanya mengirimkan beberapa literatur mengenai pengenalan Islam dan kehidupan seorang Muslim.
Mansour mengirimkan beberapa buku dan satu buku yang memiliki pengantar yang sangat bagus, baik tentang kepercayaan dalam Islam dan Rukun Islam. Dari buku tersebut James belajar tentang shalat, bagaimana mengucapkan syahadat, dan bagaimana berwudhu.

Kemudian James belajar shalat. James merasa dirinya menjadi Muslim kloset karena ia harus kucing-kucingan dengan keluarganya ketika melaksanakan shalat. Bahkan melaksanakan puasa di bulan Ramadhan pun ia lakukan sendiri. Ia melihat pergerakan matahari untuk menentukan waktu imsak dan berbuka. “Saya mencari tahu kapan matahari terbit dan tenggelam,” ujarnya dalam onislam.net.

Begitulah kehidupannya selama 6-8 bulan pertama sebagai seorang Muslim. Petunjuknya hanyalah Alquran dan buku yang diberi temannya. Selama itu ia mempelajari segalanya tentang Islam sendiri. James belum memberitahu keluarganya mengenai keputusannya memeluk Islam. Namun pada suatu malam ia berkata pada keluarganya ia membaca Alquran. Dan keluarganya berkata padanya, “Ya kami dapat melihat kau membawanya kemana-mana,”

Reaksi ibu James mendengar anaknya menjadi seorang Muslim sangatlah keras. Ia menangis dan bertanya pada ayah James. Ia terus berucap bagaimana hal ini bisa terjadi pada keluarganya. Namun ayahnya lebih tenang menanggapi hal tersebut dan mungkin ia berpikir, “Anakku adalah seorang komunis ketika ia berumur 13 dan ia seorang skinhead ketika ia berumur 16 tahun. Ia telah melewati banyak fase dan mungkin ini adalah fase lain,”

Tentu saja hal ini merupakan fase penting dalam diri James. Dan ini bukanlah fase yang akan ia lewati begitu saja. Tahun pertama merupakan tahun yang sulit bagi James karena sulitnya berkomunikasi dengan orangtuanya mengenai hal itu. Akan tetapi perlahan-lahan orangtuanya mulai mengertia dan menerima hal tersebut.

Islam telah membuat James menjadi orang yang lebih baik. Awalnya sang ibu takut James akan menjadi seorang monster ketika menganut Islam. Namun Islam tentunya telah membuatnya menjadi seseorang yang berbeda. “Setiap orang memiliki jalan yang berbeda-beda,” kata dia.

Dan hal ini pun telah mempengaruhi karirnya. Ia tidak akan pernah tahu apakah ia akan menjadi seorang profesor seperti saat ini apabila ia tidak menjadi seorang Muslim. Perjalanannya menemukan Tuhan sudah terbilang sekitar dua puluh tahun. “Dan hanya Allah yang tahu kapan perjalanan ini akan berakhir,”
Read more ...

Lantunan Al Qur'an Si Gadis Kecil Menjauhkan Pemerkosa



Hidayatullah.com--"Setiap kali dia mendekat, saya membaca al Qur'an dan dia kemudian menjauh," cerita seorang gadis kecil berusia 10 tahun tentang penculiknya.

MMS, begitu insial nama gadis belia itu, diculik ketika acara pesta pernikahan berlangsung di sebuah aula di kota Jeddah.

Pelakunya kemudian diketahui adalah seorang pria menikah dan memiliki lima anak, yang berprofesi sebagai guru. Penculik itu melakukan pemerkosaan berantai sejak tahun 2008.

"Pria itu mengetuk pintu aula. Karena penjaga pintu sedang ke dalam membantu menyiapkan makan malam, saya yang membuka pintunya. Saya menyangka ia tamu," kata gadis itu memulai kisahnya.

MMS tidak mencuri, karena laki-laki tersebut menenteng sebuah tas di tangannya.

Pria tak dikenal itu kemudian mengajak MMS ikut bersamanya, untuk mengambil hadiah buat pengantin.

"Ketika saya keluar, dia mendekat dan meraih tangan saya. Dia bilang kado-kado lainnya ada di dalam mobil. Dia mengajak saya untuk ikut ke mobilnya yang diparkir dekat pintu masuk aula."

"Saya menolak, tapi dia memaksa saya ikut dan menyuruh agar tidak berisik."

"Saya pikir hanya sampai di situ saja. Tapi ternyata dia memaksa saya masuk ke kursi belakang mobil dan saya disuruh berbaring menyembunyikan kepala."

Penculik mengendarai mobil menyusuri jalan-jalan kota yang tidak dikenali oleh gadis kecil itu.

"Tapi, saya bisa melihat beberapa bangunan seperti tempat biliard dan gedung pernikahan lainnya," cerita gadis itu, menunjukkan kecerdasannya.

"Ketika kami sampai di rumahnya, dia menyuruh saya naik ke atas, karena ia menyimpan kado di apartemennya. Dia bilang, kami akan kembali ke gedung pernikahan untuk mengantar kado-kado itu."

"Tapi, begitu saya masuk ke apartemennya, dia mendorong saya ke dalam dan mengunci pintu. Saya tidak tahu dia akan berbuat apa."

Setelah mengunci pintu, penculik itu mengambil penghisap shisha, sambil membual bahwa ia sangat mengenal ayah MMS. Dia bilang akan menelepon ayahnya supaya tidak khawatir, karena MMS akan diajak pulang setelah pesta pernikahan usai.

"Dia menelepon dengan ponselnya dan bilang kalau dia sedang menelepon ayah. Saya minta agar diperbolehkan bicara dengan ayah, tapi telepon itu langsung dimatikan dan dia memukul wajah saya, menyuruh diam."

"Pria itu kemudian mulai berusaha memperkosa saya. Saya langsung membaca ayat-ayat al Qur'an. Dia lalu menjauh. Hal itu berlanjut sampai matahari terbit."

Setelah matahari muncul, si penculik menonton televisi hingga pukul 8 pagi. Lalu dia berkata akan mengantarkan MMS ke sebuah rumah di mana gadis kecil itu bisa bertemu dengan keluarganya.

Ketika MMS dibawa ke mobil oleh si penculik, lagi-lagi gadis itu melakukan tindakan yang sangat cerdas.

"Saya masuk ke mobil. Dia menyuruh agar saya tetap menundukkan kepala. Tapi saya berhasil melihat beberapa gedung, termasuk apotek Al Sudais dan Rap, yang terletak dekat rumahnya. Kami tidak pergi jauh," cerita MMS.

"Dia menurunkan saya di dekat klinik Al Nahda di distrik Al Muntazahat dan menyuruh masuk ke sebuah bangunan di mana saya bisa bertemu keluarga."

"Saya masuk, tapi tidak menemukan siapa-siapa. Saya lalu berbalik, tapi dia sudah menghilang."

Di bangunan rumah itu, gadis kecil lalu melihat seorang pria yang baru pulang dengan membawa beberapa tas. MMS kemudian menghentikannya dan minta pertolongan. Laki-laki tersebut tidak membawa telepon genggam, tapi kemudian ia memanggil taksi dan meminjam telepon sopir untuk menghubungi ayah MMS.

"Dia mengatakan kepada ayah bahwa saya ada bersamanya. Mereka setuju untuk bertemu di suatu tempat. Pria itu kemudian mengantar saya bertemu ayah."

"Ayah menangis melihat saya," kenangnya.

MMS adalah korban ke-13 (sebagian menyebutnya korban ke-16), atau korban terakhir dari penculik maniak itu. Petualangan si pemerkosa bisa diakhiri tidak lepas dari kecerdasan murid sekolah dasar itu.

Polisi menggambar sketsa yang nyaris sempurna untuk mengenali lokasi tempat kejadian perkara (TKP) berdasarkan daya ingat MMS.

Sehari sebelum penangkapan, Mayor Sultan Al Malki dari Kepolisian Jeddah mengajak gadis itu menuju daerah sekitar TKP.

Pelaku terlihat sedang berdiri di dekat sebuah toko. Petugas mengarahkan kendaraan mendekati pria itu, agar MMS bisa melihat lebih jelas untuk mengidentifikasinya.

Gadis itu tidak membenarkan bahwa orang tersebut adalah pelakunya. Tapi, ia berkata bahwa orang itu mirip dengan pria yang menculik dirinya.

Siang hari itu polisi tidak langsung menangkap tersangka.

Pada malam hari, polisi mengajak gadis kecil itu mengunjungi lokasi yang sama, untuk memastikan bahwa ia tidak mengenali rumah yang salah.

Kali itu, MMS yakin bahwa rumah yang ditunjukkannya tidak keliru. Ia mengenali rumah pelaku dengan bau shisha yang tercium dari rumah tersebut. Baunya sama seperti yang ia cium selama diculik. Selain itu, dia juga mengenali suara adzan yang dikumandangkan muadzin dari masjid terdekat.

MMS juga mengenali mobil milik pelaku yang dipakai untuk menculik dirinya, yang diparkir dekat rumah itu.

Selang beberapa saat kemudian polisi mendatangi rumah yang ditunjukkan MMS. Mereka meminta tersangka untuk datang ke kantor polisi beberapa menit saja, dengan alasan untuk membuat pernyataan tentang sebuah kecelakaan lalu lintas yang terkait dengan dirinya.

Pelaku tidak mengetahui bahwa di kantor polisi sejumlah gadis muda yang menjadi korbannya telah berkumpul. Begitu ia masuk ke ruang pemeriksaan, semua korban memastikan bahwa pria berusia 43 tahun itu adalah pelaku yang telah menculik dan memperkosa mereka.

Diperkuat contoh DNA yang diambil dari pakaian para korban, polisi Jeddah tanpa ragu mengirim maniak seks itu ke dalam sel penjara, hari Rabu (09/06/2011).

Dengan bantuan kecerdasaan gadis kecil itu, berakhirlah satu kejahatan besar yang meresahkan warga Jeddah selama bertahun-tahun. Dan ia terlindung dari tangan jahanam si pemerkosa lewat lantunan ayat-ayat al Qur'an yang dihapalnya.*
Read more ...

Jumat, 19 Agustus 2011

Ingatlah! Suatu Saat, Kecantikan Tak Lagi Berarti




 
“Jeng, tahu nggak, ibu muda cantik yang Jeng ajak bicara ketika pengajian Muharram kemarin sudah meninggal!”

“Innalillahi wa innailaihi raaji’uun. Sepertinya Jeng Nida tidak punya sakit yang serius. Lalu beliau meninggal karena apa Jeng Lis?” tanya Ratna penasaran.

“Lha, ya itu yang menjadi teka-teki. Katanya tidak ada tanda-tanda kalau Jeng Nida mau meninggal. Waktu pagi dan siang hari beliau biasa momong bayinya. Eh, tiba-tiba malam hari meninggal.”

“Eh, Jeng, bagaimana ya kalau itu terjadi pada kita?”

“Jangan ngomong gitu ah, ngeri! Lagian anak-anak kita masih kecil. Kasihan kalau tidak ada ibunya!”

***
Obrolan tersebut menunjukkan betapa misteriusnya kematian. Datangnya tak disangka-sangka, hadirnya pun tak diharapkan. Padahal kita tahu dan sering menyaksikan kejadian alamiah ini.

Kullu nafsin dzaaiqatul-mauut. Tiap-tiap yang berjiwa pasti mati.

Kematian sebenarnya bukanlah hal yang luar biasa. Sebagai wanita, hampir setiap hari kita melihat kematian. Ketika kita memasak ikan atau ayam, maka ikan dan ayam tersebut tadinya hidup, lalu mati.

Tapi herannya, banyak di antara kita yang tak bisa mengambil ‘ibrah (pelajaran) dari peristiwa ini. Kematian di sekeliling kita, termasuk dalam rutinitas kerja, tak mampu menggetarkan hati.

Kematian tetangga pun tetap tak memecut hati untuk mengingat kematian. Bahkan bencana dahsyat seperti tsunami di Aceh, banjir lumpur di Jember, tanah longsor di Banjarnegara, yang menelan ratusan korban, tak juga menyadarkan kita akan dekatnya kematian. Barulah ketika salah seorang keluarga meninggal dunia, kita tersentak dan merasa sangat kehilangan. Kita merasa bagaikan orang yang paling menderita di dunia. Tak jarang sampai tak sadarkan diri.

Seharusnya, kita senantiasa sadar akan adanya hidup setelah kematian. Dengan begitu kita bisa menyikapi kematian dengan bijaksana.

Anak-anak pun harus diajari apa hakikat kematian itu. Dengan demikian mereka memiliki sikap yang benar ketika menghadapi kematian. Setidaknya, mereka tidak trauma berkepanjangan ketika suatu hari orang-orang yang mereka cintai pergi ke alam baka.

Selalu Ingat

Allah Subhanahu wa Ta'ala pasti punya maksud atas setiap kematian. Buat kita yang masih hidup, kematian tak lain adalah peringatan agar kita tidak terlena kepada kehidupan yang semu, lalu lalai dari tujuan hidup yang sebenarnya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
وَأَنفِقُوا مِن مَّا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan infaqkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata, ‘Wahai Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menangguhkan (kematian)-ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang orang yang saleh.’” (Al-Munaafiqun: 9-10)

Begitulah manusia, tempat lalai dan lupa, selalu menunda-nunda pekerjaan yang baik dan terlalu panjang cita-cita. Ketika ajal mejemput, barulah menyesal karena lupa mempersiapkan hari esok.

Jika diingatkan secara halus tak bisa, perlu peringatan keras (berupa kematian) agar manusia mau introspeksi diri. Sebagaimana Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik nasihat adalah kematian.
Itulah sebabnya kita dianjurkan untuk selalu mengingat mati. Bahkan, ziarah kubur yang dulunya dilarang bagi kaum wanita, kemudian malah dianjurkan, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dan Baihaqi, seperti kutipan di bawah ini:

Pada suatu hari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha pernah datang dari kuburan. Lalu aku bertanya padanya, “Wahai Ummul-Mukminin, darimanakah engkau?” ‘Aisyah menjawab, “Dari kuburan saudaraku, Abdurrahman.’ Kemudian kutanyakan lagi, “Bukankah Rasulullah melarang ziarah kubur?” ‘Aisyah menjawab,  “Benar, beliau pernah melarang ziarah kubur, akan tetapi kemudian beliau menyuruhnya.” Adz-Dzahabi mengatakan hadits ini shahih.

Membuat Hidup Optimis

Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Bila kamu berada pada waktu sore, maka janganlah menantikan waktu pagi. Dan bila kamu berada pada waktu pagi, jangan nantikan waktu sore. Pergunakan masa sehatmu untuk menyongsong masa sakitmu, dan pergunakan masa hidupmu untuk menyongsong saat kematianmu.” (Riwayat Bukhari)

Waktu terus berlalu dan tak bisa diulang kembali. Inilah konsep hidup yang dinamis. Sebagai Muslimah, tiada kata nanti untuk berbuat kebaikan. Tiada kamus malas dalam kehidupan.

Dengan selalu mengingat bahwa hidup adalah ladang menanam amal kebaikan, yang akan dituai setelah kematian, bisa menumbuhkan motivasi yang besar untuk selalu berkarya. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang banyak manfaatnya untuk orang lain?

Nah, seharusnya seorang Muslimah tidak perlu takut menghadapi kematian. Justru kematian adalah gerbang menuju hidup yang abadi. Menghadap Ilahi adalah kebahagian sejati. Dengan adanya konsep hidup setelah mati, hidup Muslimah jadi terarah pasti.

Tetapi kita juga dilarang berharap kematian sekalipun penderitaan menimpa bertubi-tubi. Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda, “Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kamu sekalian mengharapkan mati. Karena kalau ia orang baik, maka mungkin masih bisa menambah kebaikannya, dan kalau ia jahat maka mungkin ia akan menghentikan kejahatannya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Seandainya terpaksa harus menginginkan mati, maka hendaklah berdoa, “Allaahumma ahyinii maa kaanatil-hayaatu khairan lii, watawaffanii idzaa kaanatil wafaatu khairan lii” (Wahai Allah, lanjutkan hidupku ini kalau hidup ini memang baik bagiku, dan matikanlah aku seandainya mati itu lebih baik bagiku). (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Sejarah telah mencatat begitu banyak Muslimah maju ke medan perang dan tak takut mati. Pada awal perjuangan Islam, justru istri dan putri-putri Nabi menjadi penyokong perjuangan tegaknya Islam. Tak bisa diukur begitu besar pengorbanan yang mereka berikan. Pada kurun waktu berikutnya, tak sedikit Muslimah yang ikut berperang di garis belakang. Bahkan ketika keadaan mendesak, mereka tampil di garis depan.

Pahala menjadi seorang syahidah mampu mengalahkan rasa takut akan kematian. Bila non-Muslim ingin hidup selamanya, maka sebaliknya, Muslimah menantikan syahid di jalan Allah. Tak ada kematian yang sia-sia dalam Islam. Walau mati di tempat tidur, jika diniatkan ibadah, tetap bisa masuk surga. Apalagi yang jelas-jelas ada dalilnya, seperti ibu yang meninggal ketika melahirkan dan sebelum menyapih anaknya.

Jadi, tak ada alasan bagi kita untuk takut mati. Yang penting bagaimana kita menyiapkan diri untuk menyongsongnya
Read more ...

danaw Pwanceng ....

















Read more ...

meeey


Add caption

Add caption


Add caption

Read more ...

Selasa, 16 Agustus 2011

Bahaya Berganti-ganti Pasangan



Berganti-ganti pacar biasanya dilakukan dengan alasan untuk mencari yang terbaik. Tetapi jika Anda merasa tidak bisa hidup tanpa pasangan sehingga setelah putus langsung menjalin hubungan kembali dan itu terjadi terus-menerus, bisa menjadi berbahaya.

Setiap orang tentu ingin menemukan pasangan yang terbaik untuk masa depan. Tetapi, bukan dengan menjadi “serial dater”. Menjalin hubungan hanya karena merasa tidak tahan dengan status lajang, justru bisa membawa kekecewaan lebih dalam. Ketahui bahaya ganti-ganti pacar, yang dilansir dari associatedcontent.com, agar Anda bisa menghindarinya. Berikut penjelasan Bahaya Berganti-ganti Pasangan :

- Kekecewaan berulang
Seorang yang sering gonta-ganti pacar cenderung menghabiskan sebagian besar hidup mereka dalam kekecewaan. Itu karena mereka mengandalkan orang lain untuk mendapat kebahagiaan.

Mungkin terdengar klise, tetapi sumber kebahagiaan berasal dari diri sendiri. Melihat pasangan sebagai sumber kebahagiaan hanya akan menimbulkan rasa sakit karena apa yang mereka lakukan tak akan pernah terasa cukup.

- Ketidakmandirian
Seorang “serial dater” segera mencari pacar baru setelah putus bisa jadi karena ia selalu mengandalkan orang lain dalam banyak hal. Seperti untuk menjemputnya, menemaninya berbelanja dan banyak hal. Hal ini justru membuat dirinya makin terjebak dalam ketidakmandirian.

- Menghabiskan waktu
Menjalin hubungan untuk menghindari kesendirian mungkin tampak seperti solusi yang pas. Tetapi bagi “serial dater” justru banyak waktu yang terbuang karena menjalin hubungan yang buntu. Padahal bisa saja ada kemungkinan untuk mendapatkan pasangan yang pas. Namun, karena mereka sedang menjalin hubungan yang tidak jelas, kesempatan pun pergi begitu saja.
Read more ...

Kamis, 11 Agustus 2011

Belajar Sabar dalam Menghadapi Kesulitan



 

Kesulitan atau penderitaan hidup tampaknya sudah menjadi 'sunatullah ' kehidupan ini. Tiada seorang pun di dunia ini yang tak pernah dihinggapi kesulitan atau penderitaan. Mustahil seseorang sunyi dari kesulitan itu. Yang berbeda adalah derajat kesulitan itu dan kesanggupan pribadi seseorang dalam menghadapinya.

Rasulullah saw pernah ditanya, "Siapakah yang paling berat ujiannya?," Nabi menjawab,"Para nabi, kemudian yang terbaik, lalu yang terbaik, seseorang mendapatkan (bala) ujian sesuai dengan kadar agamanya, bila agamanya kuat maka bertambah berat ujiannya, dan apabila agamanya dangkal, maka Allah mengujinya sesuai dengan kadar agamanya, seorang hamba tidak akan lepas dari ujian sampai ia berjalan di bumi dengan keadaan tidak berdosa."

Fakta telah menunjukkan bahwa manusia yang paling gampang shock, kaget, dan paling cepat goncang menghadapi kesulitan-kesulitan hidup adalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, orang-orang yang ragu dan lemah imannya.

"Di antara manusia ada yang menyembah Allah dengn berada di tepi, maka bila ditimpa kebaikan ia merasa tenang, dan jika ditimpa fitnah ia membalikkan wajahnya (murtad) ia merugi di dunia dan akirat, itulah kerugian yang nyata." (QS. Al Hajj: 11).

Demikian itu karena mereka tidak beriman terhadap takdir Allah yang membuatnya rela, tidak mengimani Tuhan yang membuat tenang. Tidak pula beriman kepada para nabi sehingga dapat mene mukan keteladanan pada kehidupannya yang serba sulit, tidak mempercayai kehidupan akhirat yang menghembuskan udara segarnya yang dapat melegakan nafas, mengusir kesedihan dan membangkitkan harapan.

Orang yang mudah goyah dalam menghadapi cobaan dan ujian hidup ibarat perahu retak dan patah layarnya dihantam gelombang dan angin, sehingga gerakan ombak atau angin kecil saja, perahu itu akan goncang hebat dan miring, apalagi dikepung oleh gelombang dari perbagai penjuru tentu saja perahu itu akan segera tenggelam kedalam lautan yang dalam.

Kita sering temukan kasus bunuh diri justeru di lingkungan komunitas yang tidak peduli terhadap makna hidup beragama, dalam lingkungan masyarakat yang tidak lagi menegakkan norma-norma agama akan lebih banyak lagi ditemukan kasus-kasus yang mengerikan. Suasana akan menjadi kepedihan yang mematikan, duka cita yang mencemaskan dan kegelisahan yang mencekam dan kehidupan yang kehilangan makna. Sebab kesenangan yang ada hanyalah semu, penuh kepura-puraan dan kemunafikan.

Keteguhan Orang Beriman
Orang-orang beriman selalu sabar menghadapi bala' (malapetaka), paling teguh hatinya dan tegar menghadapi kesulitan hidup dan lapang dada. Dan tabah mengahadapi musibah, karena mereka tahu persis pendeknya umur untuk hidup di dunia dibandingkan keabadian di akhirat. Mereka tidak menginginkan surga sebelum surga yang sebenarnya.

"Katakanlah (wahai Muhammad) kesenangan dunia itu sebentar, dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertaqwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun." (QS. Anisa' 77).

"Kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (QS. Ali 'Imran: 185)

Orang beriman mengetahui sunatullah (hukum alam) bahwa manusia itu akan diuji dengan nikmat kebebasan berkehendak dan menjadi kholifah di bumi sehingga mereka tidak menginginkan menjadi malaikat. Mereka tahu para nabi dan para rasul adalah manusia-manusia yang paling berat ujiannya dalam kehidupan dunia, paling sedikit menikmati kehidupan dunia, sehingga mereka tidak menginginkan lebih baik dari mereka dan dijadikannya sebagai teladan yang baik.
Al Quran mengatakan;

"Apakah kalian menyangka masuk surga, padahal kalian belum merasakan musibah yang telah menimpa orang-orang sebelum kalian, mereka telah ditimpa malapeteka dan kesengsaraan dan digoncangkan sampai rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya menyatakan, "Kapan pertolongan Allah tiba?" Katakanlah, "Sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat." (QS. Al Baqarah 214)

Nikmat dalam Suka dan Duka
Musibah yang menimpa dalam hidup ini bagi orang yang punya iman bukanlah pukulan ngawur, akan tetapi sesuai dengan takdir dan qodho' yang telah digariskan, hikmah azali, ketentuan ilahi sehingga mereka yakin, bahwa apa yang akan ditimpakan tidak akan luput dan apa yang diluputkannya tidak akan menimpanya.
"Musibah yang terjadi di bumi dan pada diri kalian adalah ditentukan sebelum kami lepaskan, sesungguhnya hal itu mudah bagi Allah." (QS: Al Hadid 22).

Allah telah mentakdirkan dengan lembut dan halus, menguji dan meringankan. "Sesungguhnya Allah maha halus lembut terhadap sesuatu yang ia kehendaki, sesunggunya ia maha mengetahui dan bijaksana." (QS. Yusuf 100).

Di antara kelembutan Tuhan ialah bahwa musibah dan kesulitan adalah pelajaran yang berharga dan pengalaman yang bermanfaat bagi agama dan dunianya, mematangkan jiwanya, mengasah imannya dan menghilangkan karat hatinya.
Perumpamaan seorang mu'min yang ditimpa malapeteka yang berat seperti besi yang dimaksukan api hingga hilang kotorannya dan tinggal yang baik.

Itulah nikmat-nikmat yang terdapat pada setiap musibah yang menimpa manusia, sehingga seseorang mungkin perlu bersyukur kepada Allah disamping rela terhadap takdir dan sabar terhadap ujiannya.

Setiap musibah dunia itu kadang-kadang diganti dengan yang lebih baik, oleh karena itu sewaktu Yusuf as disuruh memilih antara dipenjara dan hina dengan wanita cantik yang menarik ia memilih penjara. "Wahai Tuhanku ! penjara lebih aku sukai ketimbang dari memenuhi ajakan mereka kepadaku." Itulah ratapan Yusuf pada Allah ketika menghadapi ujian berupa godaan wanita.

Di antara ajaran nabi kepada umatnya adalah do'a "Ya Allah janganlah engkau jadikan musibah pada agama kami dan jangan menjadikan dunia sebagai cita-cita kami yang terbesar dan akhir pengetahuan kami." (HR. Turmudzi).

Seorang mukmin selalu melihat nikmat yang telah diberikan Allah sebelum ia melihat nikmat yang akan diterimanya. Ia melihat petaka yang akan terjadi (di akhirat) disamping telah melihat petaka yang telah menimpa. Sikap ini menimbulkan kelapangan hati dan keridhoan. Bala (peteka) yang terjadi telah ia hindari dan kenikmatan yang telah diterima cukup banyak dan menetap.

Urwah ibnu Zubair seorang ahli fiqh dari kalangan tabi'in adalah teladan yang baik bagi orang mukmin yang sabar, ridho, menghargai nikmat Allah.

Diriwayatkan bahwa kakinya sakit kanker dan dokterpun memutuskan untuk diamputasi (dipotong) supaya tidak menjalar, lalu dokter memberinya obat bius supaya tidak terasa sakit. Namum ia berkata "Aku tidak yakin seorang mukmin mau minum obat yang menghilangkan kesabarannya sehingga tidak mengenali Tuhannya untuk itu potonglah kakiku." Merekapun memotong kakinya dan iapun diam tidak mengeluh.

Takdir telah menghendaki untuk menguji hambanya sesuai kadar imannya, di malam ia dipotong kakinya, seorang anak yang paling ia cintai jatuh dari lantai atas dan meninggal dunia. Orang-orangpun datang kepadanya dan menghiburnya, iapun berkata "Ya Allah, segala puji hanya untukmu, anak tujuh, dan kau ambil satu berarti masih kau sisakan enam. Sungguh bila Engkau mengambilnya, ya memang itu adalah pemberianmu dan jika engkau menguji dengan sakit, Engkau telah menyembuhkannya." 

Manisnya Pahala dan Pahitnya Kepedihan
Mengharap pahala dari Allah atas musibah yang menimpanya adalah kenikmatan ruhaniah lain yang dapat meringankan malapeteka. Pahala ini tercermin pada peleburan dosa-dosa betapun banyaknya, dan menambah kebaikan yang sangat dibutuhkannya. Dalam suatu hadist shahih disebutkan, "Kesusahan dan kegelisahan, kepayahan, sakit sampai duri yang melukai yang menimpa seorang muslim tidak lain kecuali Allah menghapus dosa-dosanya denganya."

Salah seorang shaleh, kakinya terluka namun ia tidak mengeluh kesakitan, bahkan tersenyum dan membaca inna lilahi wa inna ilahi raji'un lalu ditanya, "Kenapa tuan tidak mengeluh?" "Sesungguhnya manisnya pahala membuat aku lupa akan pahitnya rasa sakit," jawabnya menatap.
Itulah sesungguhnya sikap orang beriman ketika menghadapi bala', ujian dan musibah
Read more ...

Selasa, 02 Agustus 2011

Hukum Pacaran Menurut Islam

Janganlah kamu sekalian mendekati perzinahan, karena zina itu adalah perbuatan yang keji…” (QS. Al-Isra : 32).
Istilah pacaran yang dilakukan oleh anak-anak muda sekarang ini tidak ada dalam Islam. Yang ada dalam Islam ada yang disebut “Khitbah” atau masa tunangan. Masa tunangan ini adalah masa perkenalan, sehingga kalau misalnya setelah khitbah putus, tidak akan mempunyai dampak seperti kalau putus setelah nikah. Dalam masa pertunangan keduanya boleh bertemu dan berbincang-bincang di tempat yang aman, maksudnya ada orang ketiga meskipun tidak terlalu dekat duduknya dengan mereka.
Kalau dilihat dari hukum Islam, pacaran yang dilakukan oleh anak-anak sekarang adalah haram. Mengapa haram?
Karena pacaran itu akan membawa kepada perzinahan dimana zina adalah termasuk dosa besar, dan perbuatan yang sangat dibenci oleh Allah. Oleh karena itu ayatnya berbunyi sebagaimana yang dikutip di awal tulisan ini. Ayat tersebut tidak mengatakan jangan berzina, tetapi jangan mendekati zina, mengapa demikian ? Karena biasanya orang yang berzina itu tidak langsung, tetapi melalui tahapan-tahapan seperti : saling memandang, berkenalan, bercumbu kemudian baru berbuat zina yang terkutuk itu.
PENCEGAHAN
Dalam hukum Islam umumnya, manakala sesuatu itu diharamkan, maka segala sesuatu yang berhubungan dengan yang diharamkan itu diharamkan juga. Misalnya minum arak, bukan hanya minumnya yang diharamkan, tapi juga yang memproduksinya, yang menjualnya, yang membelinya, yang duduk bersama orang yang minum tersebut juga diharamkan.
Demikian juga halnya dengan masalah zina. Oleh karena itu maka syariat Islam memberikan tuntunan pencegahan dari perbuatan zina, karena Allah Maha Tahu tentang kelemahan manusia.
Berikut ini adalah pencegahan agar kita tidak terjerumus ke dalam perzinahan :
  1. Dilarang laki dan perempuan yang bukan mahram untuk berdua-duaan. Nabi Saw bersabda : “Apabila laki-laki dan perempuan yang bukan mahram berdua-duaan, maka yang ketiga adalah setan.” Setan juga pernah mengatakan kepada Nabi Musa AS bahwa apabila laki dan perempuan berdua-duaan maka aku akan menjadi utusan keduanya untuk menggoda mereka. Ini termasuk juga kakak ipar atau adik perempuan ipar.
  2. Harus menjaga mata atau pandangan, sebab mata itu kuncinya hati. Dan pandangan itu pengutus fitnah yang sering membawa kepada perbuatan zina. Oleh karena itu Allah berfirman : “Katakanlah kepada laki-laki mukmin hendaklah mereka memalingkan pandangan mereka (dari yang haram) dan menjaga kehormatan mereka dan katakanlah kepada kaum wanita hendaklah mereka meredupkan mata mereka dari yang haram dan menjaga kehormatan mereka (An-Nur : 30-31).
  3. Diwajibkan kepada kaum wanita untuk menjaga aurat mereka, dan dilarang mereka untuk memakai pakaian yang mempertontonkan bentuk tubuhnya, kecuali untuk suaminya. Dalam hadits dikatakan bahwa wanita yang keluar rumah dengan berpakaian yang mempertontonkan bentuk tubuhnya, memakai minyak wangi baunya semerbak, memakai make up dan sebagainya, setiap langkahnya dikutuk oleh para malaikat, dan setiap laki-laki yang memandangnya sama dengan berzina dengannya. Di hari kiamat nanti perempuan seperti itu tidak akan mencium baunya surga (apalagi masuk surga).
  4. Dengan ancaman bagi yang berpacaran atau berbuat zina. Misalnya Nabi bersabda : “lebih baik memegang besi yang panas daripada memegang atau meraba perempuan yang bukan istrinya (kalau ia tahu akan berat siksaannya). Dalam hadits yang lain : “Barangsiapa yang minum (minuman keras) atau berzina, maka Allah akan melepas imannya dalam hatinya, seperti seseorang melepaskan peci dari kepalanya (artinya kalau yang sedang berzina itu meninggal ketika berzina, ia tidak sempat bertobat lagi, maka dia meninggal sebagai orang kafir yang akan kekal di neraka).
Oleh karena itu Syekh Sharwi menggambarkan : seandainya ada seorang wanita cantik yang sudah hampir telanjang di sebuah kamar, kemudian ditawarkan kepada seorang pemuda … “Maukah kamu saya kasihkan perempuan itu untuk kamu semalam suntuk, tapi besok pagi saya akan masukan kamu ke kamar yang sebelahnya, yang penuh dengan api, apakah mungkin anak muda itu akan mau untuk menikmati tubuh wanita semalam suntuk kemudian digodok keesokan harinya dalam api?
Nah ketika kita tergoda untuk berbuat zina atau minum, coba bayangkan kalau kita meninggal ketika itu, bagaimana nasib kita? Tiada dosa yang lebih besar setelah syirik kepada Allah daripada meneteskan air mani dalam suatu tempat (kehormatan) yang tidak halal baginya. Neraka Jahannam mempunyai “Tujuh pintu gerbang” (QS. Al-Hijr : 44), dan pintu gerbang yang paling panas, dahsyat, seram, keji, dan bau adalah diperuntukan bagi orang-orang yang suka berzina setelah dia tahu bahwa zina itu haram.
Sebagaimana kita yakini sebagai seorang muslim bahwa segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah, mesti mempunyai dampak yang negatif di masyarakat. Kita lihat saja di Amerika Serikat, bagaimana akibat karena adanya apa yang disebut dengan free sex, timbul berbagai penyakit. Banyak anak-anak yang terlantar, anak yang tidak mengenal ayahnya, sehingga timbul komplikasi jiwa dan sebagainya. Oleh karena itu, jalan keluar bagi para pemuda yang tidak kuat menahannya adalah :
  1. Menikah, supaya bisa menjaga mata dan kehormatan.
  2. Kalau belum siap menikah, banyaklah berpuasa dan berolahraga
  3. Jauhkan mata dan telinga dari segala sesuatu yang akan membangkitkan syahwat
  4. Dekatkan diri dengan Allah, dengan banyak membaca Al-Qur’an dan merenungkan artinya. Banyak berzikir, membaca shalawat, shalat berjamaah di Masjid, menghadiri pengajian-pengajian dan berteman dengan orang-orang yang shaleh yang akan selalu mengingatkan kita kepada jalan yang lurus.
  5. Dan ingat bahwa Allah telah menjanjikan kepada para anak muda yang sabar menahan pacaran dan zina yaitu dengan bidadari, yang kalau satu diantaranya menampakkan wajahnya ke alam dunia ini, setiap laki-laki yang memandangnya pasti akan jatuh pingsan karena kecantikannya. Coba anda bayangkan saja siapa menurut anda wanita yang paling cantik di alam dunia ini, maka pastilah bidadari itu entah berapa juta kali lebih cantik dari wanita yang anda bayangkan itu.
Read more ...

Sebelum Jadi Muslim Coba-coba Puasa....Kini Bersyukur Rasakan Ramadhan


Seperti tengah menjalani cinta pertama. Inilah yang dirasakan Siti Sara Phang Abdullah dan Nur Balqis Elaine ketika menceritakan kembali konversi mereka ke dalam Islam. Ramadhan bagi keduanya, bak dicinta ulam tiba.

Dibesarkan dalam keluarga Kristen, Sara, 19, pada mulanya terpesona pada budaya Islam. Dia terpikat oleh tradisi seperti jilbab, dan bagaimana teman-teman Muslim-nya mempunyai banyak doa, sejak dari bangun tidur, makan, ke toilet, berkendara, hingga tidur lagi. Saat Ramadhan, mereka berpuasa.

"Tapi mereka tidak bicara tentang Islam, atau mempromosikannya pada saya. Saya jatuh cinta dengan keindahan Islam dengan sendirinya," tambahnya.

Elaine, 20, yang berdarah campuran Cina-Dayak, mengakui hal sama. "Aku punya teman banyak di sekolah Melayu, dan hatiku tertambak pada Islam. Ini adalah benar-benar baru dan perasaan yang hebat," katanya dalam bahasa Melayu fasih. Ibunya adalah seorang Katolik Roma.

Sambil tersenyum, dia menambahkan bahwa dia merasa lebih tenang sekarang banyak setelah memeluk Islam.

Berpakaian sederhana, dua wanita muda ini antuasias menceritakan kisah mereka di Perkim, sebuah organisasi kesejahteraan Islam yang didirikan untuk membantu mualaf Malaysia menyesuaikan diri dengan kehidupan baru sebagai Muslim.

"Ketika saya bangun selama sahur, saya senang untuk berpuasa," kata Sara. Ia, yang dulu kerap coba-coba berpuasa, mengikuti kebiasaan teman-teman muslimnya saat Ramadhan, menambahkan bahwa ia sedikit lelah dan haus di siang hari. "Jika saya bisa tahan, saya teruskan, tapi kalau perut terasa sangat nyeri karena asam lambung naik, saya berbuka."

Sedang Elaine, ia mengaku terbiasa berpuasa. Saat bersekolah di Kedah, ia kerap ikut berpuasa setiap hari Senin dan Kamis. "Perut saya sakit sedikit karena udara di dalam," akunya.

Elaine menambahkan bahwa puasa membuatnya sangat bahagia. Ia merasa tenang dan mengingatkan kerendahan hati dan kesabaran.

Meskipun kisah-kisah mereka diceritakan dengan kegembiraan yang besar, namun perjalanan mereka menemukan Islam tidaklah mulus. Sara dan Elaine tinggal di penampungan Perkim untuk anak perempuan, setelah keluarga mereka mengusirnya karena berpindah agama.

Sara berkata bahwa keluarganya tidak setuju dengan pilihannya pada Islam. Walau ia menyembunyikannya, akhirnya keluarga besarnya mengendusnya.

"Ayah saya melihat saya memiliki lebih banyak baju kurung,  buku-buku Islam dan hal-hal keagamaan lainnya, sehingga ia bertanya," ia menjelaskan. Sara, yang dibesarkan sebagai seorang Protestan, akhirnya mengaku ia telah menjadi Muslim.

Dia mengatakan bahwa ibunya dan saudara perempuannya menerima, tetapi ayahnya telah memberinya ultimatum untuk memilih antara tinggal di rumah atau menjadi seorang Muslim. Dia memilih yang terakhir dan sekarang ia tinggal di penampungan dengan Elaine.

Elaine menyatakan ayahnya yang seorang Buddha telah menerima agama barunya. Tak demikian dengan sang ibu. ""Karena aku seorang Muslim sekarang, akan lebih mudah buatku untuk tinggal di luar saja," tambahnya.

Dia mengakui bahwa "agak aneh" bagaimana dia tertarik dengan Islam. "Setiap kali saya mendengar azan, hati saya gelisah," katanya dengan kilau di matanya.

Inilah yang mendorongnya untuk lebih banyak tahu tentang islam. "Islam lebih menenangkan. Aku lebih tenang sekarang," katanya.

Kedua gadis ini menjelaskan bahwa mengubah nama mereka tidak terlalu sulit. Yang dibutuhkan, katanya,  adalah "Kad Islam" dari Departemen Agama Islam (Jawi), atau sebuah "Surat Sumpah", disertai akte kelahiran dan kartu identitas mereka. "Diurus di Putrajaya, maka di hari yang sama kita sudah bisa menyandang nama baru Muslim," kata Elaine.
Read more ...

Senin, 01 Agustus 2011

Jangan Diam, Karena Diam Tak Selalu Identik "Emas"!




 
Selasa, 26 Juli 2011
HARI itu, saya mendapatkan pelajaran berharga dari seorang teman wanita. Sebut saja namanya Fitri (30). Hari itu, mantan aktivis masjid kampus yang juga seorang penulis masalah-masalah kewanitaan ini sedang menuju sebuah warnet untuk mengirim sebuah email penting. Di sebelah Fitri, duduk seorang pasangan remaja menggunakan baju SMU. Si wanita, bahkan menggunakan kerudung (jilbab).
Belum lama Fitri menggunakan fasilitas komputer warnet, nampaknya ia telah gelisah dan tidak berkosentrasi. Beberapa detik kemudian, Fitri berdiri dan menghampiri kedua pasangan belia tersebut.
“Anda berdua sekolah di mana?,” ujarnya dengan pertanyaan sangat sopan.
“Sekolah di dekat sini saja mbak, memang ada apa?” jawab si pria.
“Boleh nggak saya bertanya sesuatu, “ lanjut Fitri. “Apakah Anda berdua sudah ingin menikah? Ataukah Anda berdua memiliki masalah dengan orangtua atas hubungan Anda berdua ini?
“Tidak. Kami tak ada masalah dengan ortu. Bahkan kami belum menikah, memang ada apa sebenarnya?,” tanya si pria dengan penuh penasaran.
“Nah, kalau itu masalahnya, Anda tidak boleh semena-mena menampakkan layaknya suami-istri di depan orang seperti ini. Jika Anda ingin segera menikah, atau ingin menikah tapi terbentur orangtua, saya bersedia membantu masalah Anda. Kalau perlu saya akan datangi orangtuamu untuk menjelaskan ini.
“Taukah Anda, bahwa apa yang Anda lakukan itu haram? Anda tak boleh melakukan peluk-cium dan lebih dari itu karena belum menikah. Apalagi Anda melakukan seenaknya di hadapan banyak orang, “ujar Fitri dengan tenang.
Entah karena merasa malu, atau waktu bermain di warnetnya habis, kedua pasangan itu segera beranjak pergi. Drama mengagetkan beberapa menit ini sempat disaksikan puluhan orang. Bahkan termasuk penjaga warnet.
“Saya ini wanita. Mungkin, saya tak mampu melakukan amar ma’ruf nahi munkar melebih layaknya pria. Tapi itulah yang bisa saya lakukan, sebagai bentuk selemah-lemahnya iman, “ ujar Fitri menjelaskan tindakannya itu kepada saya. Terus terang, sebagai pria saya sangat malu.
Mulai dari yang Remeh
Hari itu, aku telah mendapatkan pelajaran luar biasa dari seorang teman wanita saja yang luar biasa ini. Tapi berapa banyak di antara kita mau melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar seperti Fitri?
Banyak di antara kita mengalami hal serupa, melihat langsung kemunkaran. Namun, banyak di antara kita mendiamkannya. Padahal, amar ma’ruf dan nahi munkar adalah poros atau pusat yang agung dalam agama Islam. Kedua-duanya tak boleh dipisahkan. Tegaknya Islam di antaranya karena adanya amar ma’ruf dan nahi munkar.
Secara defenisi, ma’ruf adalah segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah, sedangkan munkar adalah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari Allah.
Agama Islam menyuruh kepada pemeluknya untuk melakukan perbuatan yang baik, dan juga melarang atau mencegah pemeluknya untuk melakukan perbuatan yang keji serta munkar.
Ketika kedzaliman di mana-mana, kemaksiatan merajalela, kebodohan melanda, ketika akhlak manusia berubah menjadi layaknya hewan karena hawa nafsunya, dan bahkan manusia sudah tidak punya hati nurani lagi, saat itu datang Rasulullah Muhammad diutus oleh Allah SWT. Beliau datang untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar.
Masalah ini dijelaskan dalam dalam surat Ali Imran ayat 110 yang artinya,

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَلَوْءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرَهُمُ الْفَاسِقُون
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS: Ali Imran: 110).
Dari surat ini, Allah SWT mengatakan sendiri, bahwa umat Muhammad adalah umat terbaik, yang selalu menyeru kepada yang ma’ruf dan senantiasa mencegak kemunkaran. Bukan mendiamkan kemunkaran dan kemaksiatan.
Dalam sebuah hadits disebutkan, “Barangsiapa melihat suatu kemunkaran hendalah ia merobah dengan tangannya. Apabila tidak mampu, hendaklah dengan lidahnya (ucapan), dan apabila tidak mampu juga hendaklah dengan hatinya dan itulah keimanan yang paling lemah.” (HR. Muslim)
Hadits ini menjelaskan dengan sangat jelas, bahwa kita diminta untuk mencegah kemunkaran sebisa mungkin dan dengan tahapan yang jelas. Pertama dengan tangan, kedua dengan lisan. Baru ketika semua tak mampu dilakukan, maka yang terakhir baru dengan doa.
Namum umumnya kebanyakan di antara kita belum melakukan apa-apa, tetapi memilih yang terakhir. Yang lebih menyedihkan, justru banyak juga di antara kita membiarkan kemunkaran, meski itu di depan mata kita.
Alkisah, Imam An-Nawawi adalah seorang ulama salaf yang dikenal zuhud, wara’ dan bertaqwa. Beliau sederhana, qana’ah dan berwibawa. Beliau menggunakan banyak waktu beliau dalam ketaatan. Sering tidak tidur malam untuk ibadah atau menulis.
Beliau juga dikenal menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, termasuk kepada para penguasa sekalipun. Suatu hari, beliau menulis surat berisi nasehat untuk pemerintah dengan bahasa yang sangat halus.
Suatu ketika beliau dipanggil oleh raja Azh-Zhahir Bebris untuk menandatangani sebuah fatwa. Datanglah beliau yang dikenal bertubuh kurus dan berpakaian sangat sederhana. Raja pun meremehkannya dan berkata: ”Tandatanganilah fatwa ini!!.”
Namun beliau membacanya dan menolak untuk membubuhkan tanda tangan. Tentusaja sang Raja marah. ”Kenapa tak mau menandatangani?” Beliau menjawab: ”Karena berisi kedhaliman yang nyata”. Raja semakin marah dan berkata: ”Pecat ia dari semua jabatannya.”
Tapi sang pembantu raja bingung. ”Ia tidak punya jabatan sama sekali.”
Raja ingin membunuhnya tapi Allah menghalanginya. Maka ketika Raja ditanya, ”Kenapa tidak engkau bunuh saja dia padahal sudah bersikap demikian kepada Tuan?” Sang raja menjawab,”Demi Allah, aku sangat segan padanya.”
Aktif, bukan pasif
Kemunkaran adalah semua yang dinilai jelek oleh syariat, yaitu yang hukumnya haram. Kemunkaran yang diubah adalah yang terlihat mata atau yang sejajar dengan kedudukan mata, dan mengubahnya ketika melihat kemunkaran tersebut.
Kemunkaran yang tidak terlihat mata tapi diketahui masuk dalam pembahasan nasihat. Dan yang diubah adalah kemunkarannya. Adapun pelakunya maka masalah tersendiri.
Mengubah kemunkaran tidak sama dengan menghilangkan kemunkaran. Oleh karena itu telah dikatakan mengubah kemunkaran jika telah mengingkarinya dengan lisannya atau hatinya, walaupun tidak menghilangkan kemunkaran itu dengan tangannya.
Batasan kewajiban mengubah kemunkaran terikat dengan kemampuan atau dugaan kuat. Artinya, jika seorang memiliki kemampuan untuk menghilangkan kemunkaran dengan tangan maka wajib untuk menghilangkan dengan tangannya. Demikian juga jika diduga kuat pengingkaran dengan lisan akan berfaedah maka wajib mengingkari dengan lisannya. Adapun pengingkaran dengan hati maka wajib bagi semuanya, karena setiap muslim pasti mampu untuk mengingkari dengan hatinya.
Diriwayatkan dalam sebuah hadits;

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالْجُلُوسَ بِالطُّرُقَاتِ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا لَنَا مِنْ مَجَالِسِنَا بُدٌّ نَتَحَدَّثُ فِيهَا فَقَالَ إِذْ أَبَيْتُمْ إِلَّا الْمَجْلِسَ فَأَعْطُوا الطَّرِيقَ حَقَّهُ قَالُوا وَمَا حَقُّ الطَّرِيقِ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ غَضُّ الْبَصَرِ وَكَفُّ الْأَذَى وَرَدُّ السَّلَامِ وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنْ الْمُنْكَرِ
"Dari Zaid bin Aslam dari 'Atha` bin Yasar dari Abu Sa'id Al Khudri radliallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian duduk-duduk di pinggir jalan." Mereka (para sahabat) berkata; "Wahai Rasulullah, Itu kebiasaan kami yang sudah biasa kami lakukan karena itu menjadi majelis tempat kami untuk bercakap-cakap." Beliau bersabda: "Jika kalian tidak mau meninggalkan majelis seperti itu maka tunaikanlah hak jalan tersebut." Mereka bertanya: "Apa hak jalan itu?" Beliau menjawab: "Menundukkan pandangan, menyingkirkan halangan, menjawab salam dan amar ma'ruf nahi munkar." (HR. Buhari, 5761)
Meninggalkan Amar ma’ruf
Menegakkan amar ma’ruf nahi munkar merupakan salah satu bentuk iqâmatul hujjah (penyampaian hujjah) bagi seluruh umat manusia secara umum, dan para pelaku maksiat secara khusus. Sehingga ketika turun musibah dan bencana mereka tidak bisa berdalih dengan tidak adanya orang yang memberikan peringatan dan nasehat kepada mereka. Mereka juga tidak bisa beralasan dengan hal yanga sama di hadapan Allah Ta’ala kelak.
Allah Ta’ala berfirman:
رُّسُلاً مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللّهُ عَزِيزاً حَكِيماً
"Rasul-rasul itu adalah sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah setelah rasu-rasul itu diutus. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS an-Nisâ:165)
Karenanya, dengan melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar akan terlepas tanggungan kewajiban untuk melaksanakannya (lazim disebut barâtu dzimmah) dari pundak orang-orang yang telah menjalankannya. Namun jika tidak ada yang berinisiatif menegakkan, maka dosanya akan ditanggung semua kaum Muslim. Dengan demikian, maka kedudukan amar ma’ruf dan nahi munkar sesungguhnya bersifat aktif bukan pasif.
Banyak kemaksiatan di sekitar kita. Di jalan-jalan, banyak remaja melakukan maksiat tanpa ada yang menasehati dan memperingatkan. Di pasar, di mall, bahkan di depat pintu rumah kita sekalipun, maksiat meraja lela. Sayang, tak banyak di antara kita “turun” untuk memberi peringatan dan nasehat. Jika itu terus terjadi, maka kelak orang berpendapat, kemaksiatan adalah sesuatu yang baik dan tidak salah.
Inilah saatnya kita beramar ma’ruf. Marilah kita melakukan sesuatu –terutama dalam menengakkan amar ma’ruf dan nahi munkar—di sekitar kita. Sebab tak selamanya diam itu selalu identik dengan “emas”.*
Read more ...
Designed By