Breaking News

RECENT POSTS

Jumat, 25 November 2011

Kejelasan Sebuah Tujuan


B
isa berawal dari kertas yang dihadapan anda ini, yang sedang anda baca isinya. Atau mungki anda, ketika berada di ruang kelas. Anda bisa merenungkan apa maksud adanya benda-benda itu semua. Jika ingin lebih dari itu, coba anda keluar dari krlas itu dan perhatikan apa saja yang terhampar di hadapan anda. Tataplah langit. Renungkan !
Mengapa semua itu ada ? Apa maksud dari semua itu? Siapa yang mengAdakan itu semua?
Tentunya, kesemua itu ada penciptanya. Dan Dia pasti mempunyai tujuan yang jelas dalam menciptakan itu semua. Tak lain pastilah Dia Maha Pencipta Allah SWT.
Seperti halnya manusia misalnya; membuat mobil tujuannya supaya untuk mempersingkat jarak tempuh dalam perjalana. Membuat baju untuk terhidar dari kedinginan, membangun rumah untuk berteduh. Terlebih juga, Allah menciptakan langit, bumi serta seisinya, Dia pasti mempunyai sebuah tujuan.
Dalam setiap pejalanan, didlam kehidupan dunia ini. Hidup kita tidak jauh dari sebuah proses perencanaan tujuan. Bahkan, pada hal yang kecil pun kita harus menentukan tujuan (planning). Ini adalah proses awal, dimana kita dilatih untuk mulai merencanakan harapan dan keinginan yang hendak kita akan capai nanti.
Maka dari itu di dunia modern ini tidak slah jika muncul ilmu manajemen. Yang itu adalah bagian dari usaha pengokohan, bisa tercapainya sebuah tujuan. Sebuah manajemen tak hanya dibutuhkan didalam sebuah organisasi saja. Tapi tiap-tiap individu dapat menerapkan ilmu ini agar segala tujuan yang di harapkan tak jadi sia-sia.
Sebagai muslim, tentu tujuan akhir dari setiap perbuatan yang dilakukan telah jelas arah tujuannya. Seperti yang Allah firmankan; “Tidak Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali utuk menyembah,”(Adz-Dzaariyaat:56), dan dapat dikuti juga dari surah Al-Baqarah:30, ”Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat,” Aku hendak menjadikan Khalifah di bumi…”. Dan dalam firman-Nya yang lainnya, Allah terangkan manusia juga sebagai hamba-Nya
Sesungguhnya inilah hakikat manusia berada di bumi Allah. Bahwa tujuan manusia diciptakan yaitu sebagai hamba dan juga khalifah, baik menjadi khalifah bagi dirinya sendiri, keluarganya maupun umat Islam ini.
Tujuan yang ada pada manusia adalah tatanan nilai-nilai, yang memberikan gambaran seluruh kehidupan manusia yang terdiri dari proses mengetahui, mengalami, memikirkan, merasakan dan membentuk siakap.
Sehingga, telah jelas betapa pentingnya merancang perencanaan sebuah tujuan. Yang juga akan mengikat kita agar tidak lepas kendali dalam mencapai tujuan.

*M.I. Syafi'i
muhammadzafei@gmail.com
Read more ...

Penghambat SDM


M.I. Syafi’i*
Buruknya mutu pendidikan di berbagai jenis dan jenjang pendidikan kita di negeri ini adalah masalah yang sangat serius. Seperti yang sudah kita ketahui, bahwa pendidikan adalah wadah pencetak generasi masa depan bangsa. Perlu ada tindakan cepat untuk mengatasi masalah satu ini.
Bermacam kalangan yang di dalamnya terdapat para ahli dalam pendidikan berpendapat bahwa, jika suatu Negara bermasalah pada mutu pendidkan, akan berakibat pada penghambatan penyediaan Sumber Daya Manusia (SDM). Yang dimana SDM adalah sebagai modal utama pembangunan bangsa dalam berbagai bidang.
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa mutu pendidikan Negara kita berada dibawah Singapura. Sedangkan kualitas pendidikan Negara Malaysia telah jauh meninggalkan kita. Padahal seperti yang kita tahu, kalau yang sebelumnya Malaysia pernah belajar dari kita. Bercermin dari sini, seharusnya kita malu melihat kenyataan yang kita alami.
Indicator pada mutu pendidikan seperti ketrampilan, kedisiplinan dan akhlak siswa tidak menunjukan pada kondisi baik. Yang diman tujuan pendidikan seperti yang dirumuskan sesuai UU No. 20 Tahun 2003, Pasal 3 yaitu untuk berkembangya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab, sungguh sangat kurang, bahkan yang terjadi sebaliknya.
Oleh karena itu, kita sebagai warga Negara yang baik dan sadar akan masalah ini, perlu perbanyak perbaikan bagaiman mutu pendidikan kita menjadi lebih baik. Upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan pada negeri kita, bisa dilakukan melalui kebijakan-kebijakan pemerintah, peningkatan kualitas guru sebagai tenaga pengajar, perbaikan kegiatan dan efektifitas dalam belajar disekolah dan seterusnya.

*STAI LH
muhammadzafei@gmail.com
Read more ...

Sebagaimana Allah Memberi

M.I. Syafi’i*
Dan janganlah kamu memberi dengan maksud memperoleh balasan yang lebih banyak.(Q.S. al-Muddassir;6)
Sang surya
Dalam hal beramal, khususnya memberikan sesuatu yang terbaik ini, Allah telah memberikan batasan-batasan yang jelas. Batas inilah yang seharusnya di praktikan oleh seorang guru. Bagai sang surya menyinari dunia. Tanpa kenal pamrih. Berupaya semaksimal mungkin, mengantarkan muridnya, bagaiman menjadi seorang anak yang baik.
Dalam melaksanakan tugasnya yang mulia itu. Rasa kasih sayang sang guru memupuskan harapan untuk mendapatkan balasan dari semua yang dia curahkan. Seorang guru, awalnya beliau selalu membiayai kegiatan-kegiatan yang di anggap oleh beliau, dapat menunjang dan mendukung  sebagai profesinya. Pada tiap ada waktu luang beliau sempatkan untuk membaca buku atau mengikuti seminar. Itu dilakuka oleh beliau, untuk juga menabah wawasan dan memperbanyak ilmunya. Rela berkorban, mengeluarkan biaya yang sebenarnya bukan tanggung jawab seorang guru.
Di kesempatan lain, berkah usahanya ini beliau ditawari untuk berkeliling dunia, berkunjung ke sekolah-sekolah di berbagai negara. Dan sekaligus menjadi duta, dalam misi memberi motivasi kepada guru di daerah yang akan beliau kunjungi. Tak dinyana, tawaran emas itu ditolaknya. Dengan alasanya, beliau tidak mau kalau meninggalkan murid-muridnya terlalu lama.
Terlihat wajar, bila yang melihatnya dari sudut rasa cinta. Cinta dan sayang  pada anak didiknya. Dia tahu, tak apa, bila bekoraban pada kesempatan emas itu. Akan tetapi dia masih dapat memberi pelayanan kasih sayang pada muri-muridnya. Terlihat jelas, kalau seorang guru menjalankan profesinya dari dasar cinta. Karena darinya akan muncul sebuah komitmen dan curahan sepenuhnya bagi keberhasilan dan kemajuan anak didiknya.
Kebaikan Allah,
Dan berbuat baiklah kamu sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu.(Q.S. al-Qasas;77) Inilah lanjutan, yang seharusnya menjadi dasar seorang guru dalam membangun relasi dengan muridnya. Bagaimana mencontoh sifat-Nya yang Agung ini. Dia-lah sang Pemberi segala kebaikan. Arrahman dan Arrahim-Nyalah yang menjadi rahmatan lil’alamin yang tak terhitung. Yang hanya memberi tak harap kembali.
Kita bisa membayangkan, bila Allah meminta bayaran atas kebaikan-Nya, yang telah membebaskan oksigen untuk dihirup sehari-hari. Bagaimana dengan matahari sebagai sumber panas utama di bumi? Yang  tak terukur nilainya, tanpa henti menyelimuti dengan kehangatan bagi kehidupan bumi dan seluruhnya ininya? Orang paling kaya sekalipun pasti tak akan mampu membayar itu semua.
Tapi dengan kasih sayang-Nya Allah tetap memberikan untuk kita dan makhluknya. Tak peduli sikap prilaku manusia pada-Nya, tak pilih kasih miskin atau kaya, tak membedakan mereka yang beriman atau yang ingkar. Bagi guru yang paham dan mencintai anak didiknya dan profesinya sebagai guru, dipastikan tak akan mendapat kesulitan dalam memberikakan yang terbaik. Cinta akan mampu membuat seseorang senantiasa berkorban dan  memeberikan, yang terbaik kepada yang dicintainya.

*STAI LH ...
muhammadzafei@gmail.com
Read more ...
Designed By