Seperti yang kita rasakan, bahwa
sudah hampir satu bulan genap isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) –yang
akhirnya dibatalkan- berlalu. Dikarenakan banyaknya tekanan dari berbagai pihak
yang menginginkn BBM untuk tidak naik. Akibat dari isu itu, sehingga
mengakibatkan banyak kerusakan yang terjadi di banyak lokasi di pusat-pusat
kota di Indonesia. Tidak terkecuali kantor-kantor pemerintahan.
Aksi yang menuntut kenaikan minyak,
yang diperankan para demonstran yang kebanyakan dari golongan pelajar mahasiswa
sangat merugikan. Entah itu merugikan diri ataupun umum. Tetapi memang sudah
menjadi citra bangsa Indonesia yang beranggapan bahwa, jika meluncurkan aksi
demo, yang disana tidak di hiasi dengan aksi brutal dan pengrusakan tidaklah
lengkap. Bahwa itu bukanlah demo.
Kalu bumi pertiwi Indonesia dikatakn
kaya-raya akan cadangan minyak bumi, apa faktanya begitu? Toh yang seperti yang
kita rasakan saat ini, kita tetap masih kekurangan. Cadangan minyak bumi, di
perut bumi Indonesia hanya 1,3 persen dari cadangan minyak bumi dunia. Kini,
jika diukur cadangan minyak di Indonesia hanya 4 miliar barel dan diperkirakan
akan habis 12 tahun ke depan. Coba bandingkan dengan Arab Saudi, yang cadangan
minyaknya mencapai 265 miliar barel. Kalau cadangan minyak yang sangat minm ini
dengan terus-menerus dikuras tanpa kendali, lalu bagaiman denga generasi
Indonesia nanti. Belum lagi kondisi sekarang ini, banyaknya ladang minyak
Indonesia yang menua dan juga pada menipisnya cadangan minyak bumi (lihat, kompas.com 25/4/2012). Ini tentu menjadi tanggung jawab pemerintah untuk
mengolahnya secara adil dan mengembangkan sumber energy yang lain.
Mengingat hari dibulan April ini
akan segera habis, dan tinggal menghitung jari untuk menuju awal bulan Mei,
yang dimana pada bulan itu BBM akan di jadwalkan naik. Tentu, pengalaman demo
ini harus menjadi warning bagi kita
semua, khususnya bagi para penghobbi demo. Jangan sampai peristiwa yang merusak
pada awal-awal kemarin terulang kembali. Dampak dari kenikan BBM ini tidak hanya
berakibat pada lapisan orang-orang tertentu saja. Tetapi pada seluuh masyarakat,
baik menegah keatas atau menengah ke bawah. Walau korban terparah adalah rakyat
miskin.
Permasalahan kenaikan harga BBM
akan terus menghantui. Pemerintah selaku pemegang keputusn, dalam menindaki masalah
BBM ini harus melihat dari aspek social, ekonomi, budaya, dan lingkungan serta
karakter dari bangsa ini -yang suka ‘ramai-ramai’. Sehingga dapat meminalisir
dapak negative dari BBM ini.
http://syafiipurba.jigsy.com/
BalasHapus