Breaking News

RECENT POSTS

Rabu, 18 April 2012

Kebiasaan Mubazir Di Pesantren


                  Oleh : Miftahuddin*
                  Anggota API
”Ya Allah, kasian sekali nasi-nasi ini, padahal di luar sana masih banyak orang-orang yang setengah mati “membanting tulang” mencari nafkah hanya untuk sepiring nasi” ucapku dalam hati di saat selasai makan ketika aku melihat sisa-sisa nasi dan bahkan lauknya yang dibuang di dalam baskom yang berukuran sedang, tempat pembuangan sisa-sisa nasi setelah santri-santri makan.

Yang paling membuatku sedih ialah hal ini terjadi di dalam pesantren dan yang melakukannya adalah santri-santri itu sendiri, bukankah santri-santri itu lebih mengetahui akan keburukan dan akibat dari pada mubazir tersebut. Dan sifat mubazir tersebut hanya di miliki oleh orang-orang yang beridentitas selain muslim, dan tidak semestinya kita mencontohnya, selain itu juga perbuatan tersebut merupakan hal yang dibenci oleh Allah SWT.
Mari kita bayangkan sejenak, akan nasib Mulyono seorang penarik becak di kawasan Jember, Jawa Timur, ketika ia didera sakit, terpaksa makan dengan nasi aking, atau sisa-sisa nasi tak termakan dan dijemur di terik matahari. Hal itu terpaksa ia lakukan karena tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli nasi putih untuk dimakan oleh keluarganya.(majalah suara Hidayatullah edisi 8 desember 2011)
Maka masihkah kita suka untuk mubazir di saat masih banyak saudara-saudara kita yang mana mereka belum bisa menikmati makan-makanan enak, seperti yang selalu kita makan dan kita nikmati di pesantren?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makasih dah kasih saran atau komentarnya ...

Designed By